Belajar dan Pembelajaran


BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. Bentuk-Bentuk Belajar

Gage(1984)mengemukakan bahwa ada 5 bentuk belajar, yaitu:

a).Belajar responden

Dalam belajar semacam ini,suatu respons di lakukan oleh suatu stimulus yang telah di kenal, beberapa contoh belajar responden adalah hasil-hasilpenelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi rusia yang terkenal ivan povlov . seekor anjing di beri sebuk daging dan sambil makan keluar air liurnya .serbuk anjing disebut stimulus tidak terkondisi (uncnditioned stimulus,us) dan tindakanmengeluarkan air liur di sebut respons terhadap penyajian stimulus ini tidak merupakan beljar,tetapi terjadi secara instintif.

Sekarang lampu kita hidupakan di tempat anjing itu. Menghidupakan lampu mempunyai efek yang minimal terhadap keluar air liurnya anjing itu. Kemudian kita nyalakan lampu tepat sebelum memberikan serbuk daging itu pada anjing(us).jika hal ini kita lakukan beberapa kali, dan kemudian, pada suatu percobaan, tanpa memberikan serbuk daging, kita lihat timbulnya respons mengeluarkan airu liur. Cahaya,yang sebelumnya merupakan stimulus yang netral, sekarang menjadi stimulus terkondisi(conditioned stimulus,CS), dan respons yang ditimbulkan disebut respons terkondisi(conditioned response,CR). Pada diri seorang anak yang pada hari pertama masuk sekolah,mungkin timbul perasaan takut,disebabkan oleh sikap guru yang tidak ramah atau ejekan teman-temannya.model belajar responden menerangkan bahwa sekolah dan semua komponen-komponennya suatu ketika menimbulakn rasa takut, sebab semua ini telah terkait dengan stimulus-stimulus yang menginduksi perasaan negatif.

Perasaan”takut akan simbol”yang timbulpada siswa bila mereka menghadapi untuk pertamakalinya simbol-simbol matematika seperti α,β,atau y=ax2+bx+c. Melihat simbol-simbol yang tidak di kenal, yang sebelumnya telah di pasangkan dengan bidang studi yang sulit, menimbulkan emosi negatif dalam diri siswa dan inilah yang kerap kali menghalangi-menghalangi belajar efektif. Sesungguhya, apa aja dalam lingkungan dapat menjadi berpasangan dengan stimulus yang menimbulakn respons-respons emosional. Kata-kata guru yang ramah atau kata-kata guru yang kasar dapat menimbulkan perasaan takut atau perasaan senang. Bentuk belajar semacam ini kerap kali terjadi tanpa di sadari oleh siswa, jadi sulit bagi siswa untuk mengamati bagaimana respons-respons tertentu itu diperoleh. Seorang guru yang meneliti peristiwa-peristiwa belajar dengan model belajar responden, mungkin dapat menolong para siswa memahami perasaan mereka, mencapai hal-hal beljar yang lebih memuaskan,dan mencegah dari belajar respons –respons yang tidak diinginkan.

b).Belajar Kontiguitas.

Bahwa pemangsa stimulus tidak-terkondisi dan stimulus terkondisi merupakan suatu syarat untuk belajar responden, beberapa teoriwan belajar mengemukakan kejadian-kejadian apa pun dapat menghasilkan belajar, tidak diperlukan hubungan stimulus tak terkondisi respons. Asosiasi dekat(contiguos) sederhana antara suatu stimulus dan suatu respons dapat menghasilakn suatu perubahan dalam perilaku.kekuatan belajar kontiguitas sederhana dapat dilihat bila seseorang memberikan respons terhadap pernyataan-pernyataan yang belum lengkap di bawah ini:

Sembilan kali lima sama dengan……..

Cita-citanya setinggi…………

Anak itu sepandai………….

Dengan mengisikan kata-kata empat puluh lima,langit,ayahnya, ditunjukan bahwa kita dapat belajar sesuatu karena peristiwa-peristiwa terjadi berdekatan pada waktu yang sama .kadang-kadang diperlukan pengulangan dari peristiwa-peristiwa itu, tetapi ada kalanya belajar terjadi tanpa di ulang . bahwa manusia dapat berubah sebagai hasil diri mengalami peristiwa-peristiwa yang berpasangan.

c).Belajar Operant

Belajar sebagai akibat reinforsemen merupakan bentuk belajar yang lain yang banyak diterapkan dalam teknologi modifikasi tertentu. Bentuk belajar ini disebut terkondisi operant, sebab perilaku yang diinginkan timbul secara spontan tanpa dikeluarkan secara instinkif oleh stimulus apa pun, waktu organisma”beroperasi”terhadap lingkungan. Berbeda dengan belajar responden, perilaku tidak mempunyai stimulus fisiologis yang dikenal. Karena peristiwa-peristiwa yang mengalami reinforsemen dapat menghasilakn efek-efek yang begitu penting, apakah reinforsemen? Reinforser ialah setiap stimulus yang meningkatkan kekuatan suatu perilaku (Gage,1984). Menurut slavin (1988)reinforser didefinisikan sebagai suatu konsekuensi yang memperkuat (berarti memperkuat frekuensi) perilaku-perilaku.

Pada dasanya, setiap perilaku operant dapat ditimbulkan kerap kali dengan pemberian reinforsemen segera setelah timbulnya perilaku itu. Pada manusia, berlaku hal yang sama. Berbagai perilaku manusia dapat ditimbulkan berulang kali dengan adanya reinforsemen, segera setelah ada respons.respons itu dapat berupa :suatu pernyataan, suatu gerakan,suatu tindakan.

d).Belajar Observasional

Konsep belajar ini mengemukakan, bahwa orang dapat belajar dengan mengamati orang lain melakukan apa yang akan dipelajari. Karena itu perlu diperhatikan, agar anak-anak lebih banyak diberi kesempatan untuk mengamati model-model perilaku yang baik atau yang kita inginkan, dan mengurangi kesempatan-kesempatan yang tidak baik.

e).Belajar kognitif

Beberapa ahli psikologi dan pendidikan berpendapat, bahwa konsepsi-konsepsi tentang belajar yang telah dikenal, tidak satu pun  yang mempersoalkan proses-proses semacam itu  menyangkut”insight” , atau berpikir dan ”reasioning” , atau menggunakan logika deduktif dan induktif . semua pendekatan-pendekatan belajar perilaku tampaknya tidak mengindahkan persepsi siswa insait (insight) pada ,dan kognisi dari hubungan-hubungan esensial antara unsur-unsur dalam situasi ini. proses-proses meneliti yang diabaikan oleh para penganut psikologi perilaku ini,yang menjadi intin dalam teori belajar kognitif.

B. Teori-Teori Belajar

Sebelum membahas teori-teori belajar yang dewasa ini , terlebih dahulu akan dikemukakan teori belajar yang dikembangkan sebelum abad 20.dan teori yang dikembangkan selama abad 20,sekedar untuk memberikan pandangan umu yang sedikit banyak merupakan historis.

1. Teori belajar sebelum abad ke-20

Sebelum abad ke-20 telah berkembang beberapa teori belajar, yaitu teori disiplin mental, teori pengembangan alamiah dan teori apersepsi. Ketiga teori belajar ini mempunyai ciri yang sama, yaitu teori-teori itu di kembangkan tanap di landasi eksperimen, itu berarti bahwa dasar orientasinya ialah filosofis atau spekulatif . teori disiplin mental (plato,aristoteles)menganggap bahwa dalam belajar mental siswa di disiplinkan atau di latih . dalam mengajar siswa guru pengikut teori ini melatih ”otot-otot”mental siswa. Guru –guru ini mula-mula akan mendaftarkan kata-kata yang diinginkan guru dengan menggunakan  kartu dimanatertulis kata itu, selanjutnya guru melatih siswa mereka , dan setiap hari dites dan siswa yang belum pandai harus kembali sesudah jam sekolah untuk dilatih kembali.

Teori perkembangan alamiah berlawanan sekali dengan teori disiplin mental. Menurut teori ini , anak itu akan berkembang secara alamiah . para guru yang menganut teori ini mula-mula menunggu siswa- siswa menyatakan keinginannya  untuk belajar membaca . jadi guru –guru lebih mementingkan perkembangan kematangan dari pada menanamkan keterampilan – keterampilan tertentu , lagi pula guru menginginkan agar belajar menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi anak .

Teori apersepsi , belajar merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan – gagasan baru dengan gagasan – gagasan lama yang sudah membentuk pikiran . apesepsi berlawanan dengan disiplin mental dan pengembangan alamiah , merupakan suatu asosianisma mental yang dinamis di dasarkan pada premis fundamental , bahwa tidak ada gagasan bawaan (sejak lahir); apa pun yang di ketahui seseorang datang dari luar dirinya .johann friedrich herbart (1776-1841) yang pertama kali mengembangkan psikologi belajar secara sistematis dari teori tabula rasa mengenai pikiran.

2. Teori-teori Belajar Abad ke-20

Teori-teori belajar yang dikembangkan selam abad ke-20 dikelompokkan menjadi du keluarga, yaitu keluarga perilaku (behavioristik) yang meliputi teori-teori stimulus-respons (S-R) conditioning, dan keluarga Gestalt-field yang meliputi teor-teori kognitif.

Menurut teori-terori perilaku, belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang dapat diamati, yang terjadi melalui terkaitnya stimulus-stimulus dan respons – respons menurut prinsip – prinsip melanistik. Jadi , belajar melibatkan terbetuknya hubungan-hubungan tertentu antara satu seri stimulus-stimulus dan respons-respons. Stimulus, yaitu penyebab belajar, adalah agen-agen lingkungan, yang bertindak terhadap suatu organisma, yang menyebabakan organisma itu memberikan respons, atau meningkatkan probabilita terjadinya respons tertentu. Respons-respons, yaitu ajibat-akibat atau efek-efek, merupakan reaksi-reaksi fisik suatu organisma terhadap baik stimuluseksternal maupun stimulus internal. Para penganut teori-teori perilaku ini berpendapat, bahwa sudah cukup bagi siswa untuk mengasosiasikan stimulus-stimulus dan respons-respons, dan diberi reinforsemen bila ia memberikan respons-respons yang benar. Mereka tidak mempersoalkan apakah yang terjadi dalam pikiran siswa sebelum dan sessudah respons dibuat.

Nama-nama yang berhubungan dengan teori perilaku ini ialah: ahli fisiologi dan farmakologi rusia ivan petrovich pavlov (1849-1936), E.L .Thorndike, E.R.Guthrie, B.F. skinner, R.M.Gagne, A. Bandura, dan beberapa lainnya.

Menurut teori-teori Gestalt-field, belajar merupakan suatu proses perolehan atau perubahan insait-insait (insights), pandangan – pandangan, harapan – harapan, atau pola berpikir. Dalam mempermasalahkan belajar bagi siswa, para penagnut teori ini lebih menyukai istilah-istilah orang dari pada organisma, lingkungan psikologi dari pada lingkungan fisik , dan interaksi daripada aksi. Mereka berpendapat bahwa konsep-konsep orang, lingkungan psikologi, dan interaksi lebih memudahakan para guru dalam memberikan proses-proses belajar. Konsep-konsep ini memungkinkan guru untuk melihat seseorang, lingkungannya, dan interaksi dengan lingkungannya semuanya itu terjadi pada waktu yang sama; inilah artinya ”field”.

Selanjutnya para ahli ini yakin, bahwa perilaku yang tidak tampak atau yang tidak dapat diamati adalah mungkin untu dipelajari dengan cara ilmiah, misalnya pikiran-pikiran (thoughts). Oleh karena memusatkan diri pada menganalisa proses-proses kognitif, maka prinsip dan kesimpulan yang mereka sarankan disebut teori-teori kognitif.

Para penganut teori-teori kognitif, berlawanan dengan para penganut teori-teori perilaku, memberi perhatian pada proses-proses mental. Mereka ingin menemukan bagaimana impresi-impresi indera dicacat dan disimpan dalam otak, dan bagaimana impresi-impresi ini kemudian digunakan dalam memecahkan masalah. Mereka ingin mengetahui apakah yang terjadi dalam pikiran siswa waktu seorang guru mendemonstrasikan bagaimana menghitung luas segitiga, bagaimana terjadinya garam dari asam dan basa, bagaimana menghitung denyut jantung, misalnya. Atau apakah yang terjadi dalam pikiran siswa waktu dia menyelesaikan soal-soal dalam ujian.

Pengikut-pengikut teori perilaku menafsirkan belajar sebagai perubahan-perubahan tentang kekuatan variabel-variabel hipotesis yang disebut hubungan-hubungan S-R atau stimulus/respons, kekuatan-kekuatan kebiasaan atau kecenderungan-kecenderungan perilaku. Para pengikut teori-teori Gestalt mendefinisikan belajar sebagai reorganisasi perseptual untuk memperoleh pemahaman. Jadi seorang guru yang menganut teori perilaku berkeinginan untuk mengubah perilaku-perilaku siswanya yang tampak secara signifikan, sedangkan guru yang berorientasikan teori Gestalt atau menganut teori kognitif berkeinginan untuk menolong para siswanya mengubah pemahaman mereka tentang masalah-masalah dan situasi-situasi secara signifikan.

C. Evolusi teori-teori belajar perilaku

Semua ahli psikologi yang mendukung pandangan perilaku berpndapat, bahwa mereka yang meneliti belajar hendaknya mendasarkan kesimpulan-kesimpulan mereka atas observasi tentang perilaku eksternal dan terbuka dari organisme. Tetapi mereka berbeda dalam dua hal, yaitu dalam bagaimana mereka meneliti belajar, dan bentuk-bentuk belajar yang mereka analisis. Tiga teori belajar yaitu:yang menyakut belajar responden, dan dikenal dengan teori classical condotioning dari pavlov, teori operant conditioning dari skinner, dan teori observasional atau juga di kenal dengan teori belajar sosial yang dihubungkan dengan nama bandura.

1.Ivan pavlov :Classical conditioning

dalam tahun-tahun terakhir dari abad ke-19 dan tahun-tahun permulaan abad ke-20 pavlov dan kawankawannya mempelajari proses pemcernaan pada anjing. Selam penelitian, mereka memperhatikan perubahan dalam waktu dan kecepatan pengeluaran air liur. Dalam eskpeirmen-eksperimen ini pavlov dan kawannya menunjukkan, bagaimanabelajar dapat mempengaruhiperilku yang selama ini disangka refleksi dan tidak dapat dikendalikan.

Pentingnya studi yang dilakukan oleh pavlov terletak pada metode yang digunakan serta hasil-hasil yang diperolehnya (Slavin,1988). Alat-alat yang digunakan dalam berbagai eksperimen memperlihatkan bagaimana pavlov dan kawan-kawanya dapat mengamati secara teliti dan mengukur responssubjek dalam eksperimen itu. Penekanan yang diberikan pavlov pada observasinya dan pengukuran yangtelit, dan eksplorasinya secara sistematis tentang berbagai aspek belajar, menolong kemajuan studi ilmiah tentang belajar.tetapi, penemuan-penemuan pavlov hanya sedikit diterapkan pada beljar di sekolah.

  1. 2. E.L.Thorndike: Hukum pengaruh

hasil studi pavlov merangsang poara peneliti di amerika serikat, seperti  E.Lthorndike (Hilgard and bower,1966). Dalam studi Thondike terdahulu, ia memandang perilaku sebagai suatu respons terhadap stimulus-stimulus dalam lingkungan . pandangan ini, bahwa stimulus-stimulus dapat mengeluarkan respons-respons, merupakan titik tolak dari teori stimulus-respons yang dikenal sekarang. Seperti para ahli teori perilaku sebelumnya, Thorndike menghubungkan perilaku pada refleks-refleks fisik. Refleks tertentu, seperti sekonyong-konyong mengangkat lutut ke atas bila lutut itu di pukul, terjadi tanpa diproses di dalam otak. Dihipotesiskan, bahwqa perilaku yang lain juga ditentukan secara refleks oleh stimulus yang ada di lungkungan, dan bukan oleh pikiran yang sadar atau tidak sadar.

Dalam sejumlah eksperimen-eksperimen,Thorndike menempatkan kucing-kucing dalam kotak-kotak. Dari kotak-kotak ini kucing-kucing itu harus keluar unutk memperoleh makanan. Ia mengamati, bahwa sesudah beberapa selang waktu kucing-kucing itu mempelajari cara mengeluarkan diri lebih cepat dari kotak-kotak itu dengan mengulangi perilaku-perilaku yang mengarah pada keluar, dan tidak mengulangi perilaku-perilaku yang tidak efektif. Dari eksperimen-eksperimen ini, Thorndike mengembangkan hukumya, yang di kenal dengan hukum pengaruh atau law of effect.

Hukum pengeruh Thorndike mengemukakan, bahwa jika suatu tindakan diikuti oleh suatu perubahan yang memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan bahwa tindakan itu di ulangi dalam situasi-situasi yang mirip, akan meningkat. Tetapi, bila suatu perilaku diikuti oleh suatu perubahan yang tidak memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan-kemungkinan bahwa perilaku itu di ulang, akan menurun. Jadi, konsekuensi-konsekuensi dari perilaku seseorang pada suatu saat, memegang peranan penting dalam menentukan perilaku orang itu selanjutnya.

  1. B.F.Skinner : Operant Conditioning

Pavlov pada umumnya memusatkan pada perilaku yang disangkanya di tampilmkan stimulus-stimulus kuhusus. Tetapi skinner berpendapat, bahwa perilaku-perilaku semacam itu mewakili hanya sebagian kecil dari semua perilaku-perilaku. Ia menyarankan suatu kelas lain perilaku, yang disebutnya perilaku-perilaku operant, sebab perilaku-perilaku ini beroperasi terhadap lingkungan tanpa adanya stimulus-stimulus tak terkondisi apapun, seperti makanan misalnya. Studi Skinner terpusat pada hubungan antara perilaku dan konsekuensi-konsekuensinya. Sebagai contoh misalnya, bila perilaku seseorang segera diikuti oleh konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan, orang itu akan terlibat dalam perilaku itu lebih kerap kali. Penggunaan konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan dan tak menyenangkan untuk mengubah perilaku disebut operant conditioning.

Eksperimen Skinner dipusatkan pada penempatan subjek-subjek dalam situasi yang terkontrol, dan mengamati perubahan dalam perilaku subjek-subjek itu yang dihasilkan dengan mengubah secara sistematis konsekuensi-konsekuensi dari perilaku subjek-subjek tersebut. Kontribusi Skinner, seperti halnya dengan Pavlov, bukan terdiri hanya atas apa yang telah ditemukannya, melainkan juga atas metode-metode yang digunakannya.

Skinner terkenal dengan pengembangan dan penggunaan aparatus yang biasa disebut kotak Skinner. Dengan kotak ini ia meneliti perilaku hewan, biasanya tikus dan burung merpati. Pekerjaan Skinner dengan tikus dan burung merpati menghasilkan sekumpulan prinsip-prinsip tentang perilaku yang telah ditunjang oleh beratus-ratus studi yang melibatkan manusia maupun hewan.

Teori Pembelajaran

A.Peranan Teori Dalam Pembelajaran Dan Pengajaran

Mempelajari teori pembelajaran mempunyai beberapa kepentingan, baik aspek individu maupun masyarakat. Dari segi individu pembelajaran merupakan salah satu upaya individu untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dan efektif. Dari segi masyarakat, pembelajaran merupakan kunci dalam pemindahan kebudayaan dari satu generasi ke generasi baru. Dengan pembelajaran, dimungkinkan adanya penemuan baru dan pengembangan dari hasil generasi lama.

Pengetahuan tentang pembelajaran dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: a. Filsafat, b. Adat Istiadat dan kebudayaan tradisional, c. Penelitian Empiris, dan d. Teori-Teori Pembelajaran

Teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan. Karakteristik suatu teori ialah: a. Memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi, dan prinsip yang dapat diuji.

Ada empat fungsi umum suatu teori menurut Patrick Supper, 1974, yaitu:

  1. Teori terdiri atas prinsip-prinsip yang dapat diuji sehingga dijadikan kerangka untuk melaksanakan penelitian.
  2. Teori memberikan kerangka kerja bagi informasi yang spesifik.
  3. Menjadikan hal-hal yang bersifat kompleksmenjadi lebih sederhana.
  4. Menyusun kembali dari pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Disamping ke-empat fungsi tersebut, masih dapat ditambahkan satu fungsi lagi, yaitu merupakan model-model kerja untuk hal-hal yang bersifat kompleks.

Fungsi teori pembelajaran dalam pendidikan adalah:

  1. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pengajaran.
  2. Menilai hasil-hasil yang telah dicapai untuk digunakan dalam ruang kelas.
  3. Mendiagnosis masalah-masalah dalam ruang kelas.
  4. Menilai hasil penelitian yang dilaksanakan berdasarkan teori-teori tertentu.

Beberapa teori pembelajaran yang akan dibahas disini adalah teori-teori pembelajaran menurut pendekatan Behaviorisme, Gestalt, Kognitif, dan teori-teori yang berkembang kemudian.

Teori Pembelajaran Behaviorisme

Behaviorisme berpendapat bahwa perilaku terbentuk melalui perkaitan antara rangsangan dengan tindak balas. Menurut pendekatan ini, perilaku adalah sesuatu yang dapat diamati dengan alat indera. Pembelajaran merupakan proses pembentukan perkaitan antara rangsangan dan tindak balas. Dengan demikian, maka perubahan perilaku itu lebih banyak karena pengaruh lingkungan. Teori pembelajaran Behaviorisme dibedakan antara teori pelaziman klasik dan teori pelaziman operant.

1.Teori pelaziman klasik

Teori pelaziman klasik dipelopori oleh IP Pavlov, seorang ahli fisiologi dari Rusia. Ia melakukan percobaannya dengan seekor anjing untuk melihat hubungan antara rangsangan dengan tindak balas. Dalam percobaan Pavlov mengkaji keterkaitan antara tak terlazim atau tindak balas alami, kemudian melihat keterkaitan antara rangsangan terlazim dengan tindak balas tertentu. Dalam percobaan itu, Pavlov menunjukkan makanan kepada anjing dan mengamati tindak balas anjing itu yang berupa keluarnya cairan atau air liur dari mulutnya. Setiap diperlihatkan makanan, dipasangkan bersamaan dengan keluarnya cahaya merah. Seperti biasa air liur anjing pun keluar. Percobaan ini membuktikan bahwa suatu rangsangan tertentu atau cahaya merah akan mengakibatkan suatu tindak balas tak terlazim, yaitu keluar air liur, karena bersamaan dengan rangsangan tak lazim atau alami yaitu makanan. Proses memasangkan antara makanan dengan cahaya merah disebut proses pelaziman.

Dari percobaan itu, Pavlov mengemukakan beberapa konsep atau prinsip pembelajaran, yaitu:

  1. Pergetaran

Konsep ini menyatakan bahwa suatu rangsangan tak terlazim atau alami dapat membangkitkan reaksi sel-sel tertentu, sehingga dapat menghasilkan tindak balas. Misalnya makanan menimbulkan tindak balas keluarnya air liur.

  1. Penularan

Yaitu terjadinya reaksi dari sel-sel lain yang berada di sekitar kawasan sel-sel yang berkenaan dengan rangsangan tak terlazim. Misalnya ketika melihat makanan, selain keluar air liur, maka keluar pula keringat.

  1. Generalisasi Rangsangan

Yaitu keadaan dimana organisme atau individu memberikan tindak balas yang sama terhadap rangsangan tertentu yang memiliki kesamaan walau tidak serupa. Misalnya memberikan tindak balas yang sama terhadap bermacam-macam makanan yang memiliki kesamaan.

  1. Penghapusan

Suatu tindak balas akan hilang secara perlahan-lahan apabila makin berkurangnya keterkaitan dengan rangsangan tak terlazim atau alami. Misalnya, tindak balas keluarnya air liur makin berkurang dan hilang sama sekali setelah tidak dipasangkan dengan pemberian makanan.

Konsep-konsep yang dihasilkan dari percobaan Pavlov banyak memberikan landasan bagi proses pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam pembentukan kebiasaan.

Bagi pembelajaran dalam pendidikan, teori pavlov ini banyak memberikan sumbangan dalam hal pembentukan kebiasaan, pentingnya latihan, pentingnya motivasi, proses generalisasi.

Teori lain dalam kelompok teori pelziman klasik ialah JB watson. Teori Watson pada dasarnya adalah teori yang dikemukakan oleh pavlov, hanya dengan beberapa penambahan. Watson berpendapat bahwa perilaku terbentuk melalui pembentuk tindak balas. Manusia dilahirkan dengan tindak pantulan (reflex) yang dihadapkan dengan rangsangan-rangsangan tertentu. Proses pembelajaran adalah bagaimana melatih reflex-reflex itu dengan memberikan rangsangan tertentu sehingga membentuk tindak balas tertentu sesuai dengan yang dikehendaki.

Ada dua prinsip dasar yang dikemukakan oleh Watson, yaitu pronsip kekerapan dan prinsip kebaruan.prinsip kekerapan menyatakan bahwa makin kerap individu bertindak balas terhadap suatu rangsangan, apabila kelak muncul lagi rangsangan itu, maka akan lebih besar kemungkinan individu memberikan tindak balas yang sama terhadap rangsangan itu. Atas dasat prinsip ini, maka dalam proses pembelajaran sangat diperlukan adanya latihan yang kerap dilakukan. Prinsip kebaruan, menyatakan bahwa apabila individu membuat tindak balas yang baru terhadap rangsangan, maka apabila kelak muncul lagi rangsangan itu, besar kemungkinan individu akan bertindak balas dengan cara yang serupa kepada rangsangan itu .

Tokoh berikutnya dalam kelomp[ok ini ialah EdwinGuthrie dengan teorinya yang disebut Contiguty theory. Pada dasarnya teori Guthrie ini tidak banyak berbeda dengan teori Watson, hanya ia tidak banyak membincangkan masalah rangsangan terlazim. Teori Guthrie didasari oleh suatu hukum pembelajaran yang disebutlaw of cintiguity yang menyatakan bahwa suatu kombinasi rangsangan yang dipasangkan dengan suatu gerakan akan diikuti oleh gerakan yang sama apabila rangsangan itu muncul kembali. Guthrei juga membedakan antara pergerakan (movements) deangan tindaakn (acts). Pergerakan ialah kontraksi otot, dan tindakan ialah kombinasi dari pergerakan-pergerakan. Contoh tindakan seperti melukiskan gambar, membaca buku. Pergerakan diperoleh melalui latihan . peneguhan (reinfoercements) menurut Guthrie adalah bukan faktor penting dalam pembelajarn. Pembelajaran terjadi apabila pergerakan yang ada membuat situasi rangsangan, dan tidak ada tindak balaslain yang muncul. Oleh karena itu dalam situasi yang sama, tindsak balas yang sama akan diulangi lagi.

Sumbangan teori Guthrie dalam pembelajaran ia;ah mengenai pembinaan dan perubahan kebiasaan (habit).kebiasaan di artikan sebagai suatu tindak balas yang dikaitkan dengan beberapa rangsangan yang berbeda. Kebiasaan terbentuk karena perkaitan antara rangsanagn dengan tindak balas. Oleh karena iut, mengubah kebiasaan dapat dilakukan dengan mengubah keterkaitan itu. Misalnya untuk menghilangkan kebiasaan yang tidak dikehendaki (misalnya kebiasaan tak baik) dapat dilakukan dengan menghilangkan kaitan antara rangsangan dengan tindak balas. Guthrie mengemukakan ada tiga metode dalam mengubah kebiasaan, terutama kebiasaan buruk, yaitu metode ambang ( the threshold method), metode meletihkan( the fatigue method), dan metode rangsangan tak serasi( the incompatible response method). Metode ambang ialah metode mengubah tindak balas dengan menurunkan atau meningkatkan rangsangan secara berangsur. Rangsangan yang dapat menim bulkan rangsangan tindak balas yang tidak diinginkan diturunkan secara berangsur , atau rangsangan yang dapat menimbulkan tindak balas yang diinginkan di tingkatkan secara berangsur. Miswalny menghilangkan ketakutannanka tidur di tempat yang gelap. Mula-mula anak tidur dengan lampu yang terang, kemudian secara berangsur-angsur cahaya lampu dikurangi, sehingga akhirnya anak terbiasa denga tidur tanpa lampu. Metode kedua adalah metode meletihkan, yaitu menghilangkan tindak balas yang tidak diinginkan dengan menggalakkan individu mengulangi tindak balas itu sampai akhirnya ia letih dan tidak mau lagi menulis pada dinding rumah. Anak digalakkan untuk terus terusan menulis sampai ia dan bosan, dan akhirnya ia tidak mau lagi berbuat demikian. Model ketiga adalah metode rangsangan tak serasi, yaitu dengan memasangkan rangsangan yang menimbulkan tindak balas yang tidak diinginkan, misalnya menghilangkan rasa takut seorang anak terhadap kucing, dengan rangsangan lain yang dapat menghilangkan ketakutan anak terhadap kucing. Setiap anak melihat kucing(rangasangn yang menakutkan ), nakan didekati oleh ibunya dengan kasih sayang serta diberiakn makanan kesukaanya. Kehadiran kucing(yang menakutkan) bersamaan dengan kehadiran ibu dan makanan kesukaan (rangsangan yang menyanangkan), lama kelamaan anak akan terbiasadengan kucing dan tidak takut lagi.

2.Teori pelaziman Operan : Thorndike

Sebagai pelanjut dari kajian pavlov ialah Edward Thorndike seperti halnya kajian pavlov, thorndike melakukan kajian yang menuntut reaksi perilaku dari subjek percobaanya. Perbedaannya ialah bawa perilaku yang dikaji oleh Thorndike tidak pada reflex tetapi pada perilaku. Percobaan yang dilakukan oleh Thorndike ialah terhadap hewan(kucing) lapar ynag ditempatkan dalam suatu kandang dan diperlihatkan  adanya makanan di luar kandang itu. Apabila kucing itu melihat makanan, maka ia akan berusaha mencari jalan untuk keluar dari kandang agar mendapatkan makanan. Dalam usaha mencari jalan keluar, kucing menunjukkan sebuah perilaku yang pada suatu waku ia menyentuh sebuah tombol yang menyebabkan pintu itu terbuka. Dalam kondisi yang sama, percobaan itu dilakukan berulang-ulang. Ternyata bahwa waktu yang di perlukan oleh kucing mulai dari melihat makanan sampai berhasil membuka pintu, terjadi penurunan mulai dari percobaan pertama, kedua, dan selanjutnya. Percobaan ini membuktikan bahwa apabila suatu tindak balas memberikan hasil yang memuaskan, maka tindak balas itu akan diulanginya  kembali. Dalam hal ini ialah kucing menemukan tombol yang ternyata memberikan hasil memuaskan yaitu pintu terbuka dan mendapatkan makanan. Perbuatan itu dilakukan lagi karena memberikan hasil.

Percobaan Thorndike diesbut sebagai instrumental conditioning atau pelaziman instrumental(alat)yang artinya bahwa suatu tindak balas itu pada dasarnya merupakan instrument atau alat untuk mencapai auatu tujuan. Dalam percobaan tersebut, perilaku membuka pintu kandang merupakanalat untuk mencapai tujuan (makanan). Dari percobaan Thorndike dibuktikan pula terjadinya pembentukan hubungan antara rangsangan dengan perilaku tertentu. Oleh karena itu, teori Thorndike ini disebut juga sebagai teori   connectionism.proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pembinaan hubungan antar rangsangan tertentu dengan perilaku tertentu. Semua pembelajaran dilakukan melalui suatu proses coba-salah (trial and error)dimana akan terjadi proses memilih dan mengaitkan rangsangan dengan tindak balas. Dalam proses pmbelajaran,motivasi,gfanjaran,dan hukum memegang peranan yang penting. Motivasi mendorong individu untuk melakuakn tindakan dalam mencoba tujuan.sedangkan ganjaran memberikan penguatan bagi tindakan tertentu, dan hukuman akan mengurangi tindakan yang tidak membrikan hasil yang memuaskan .

Ada tiga hukum pembelajaran dalam teori Thorndike ini, yaitu hukum hasil,hukum latiahn,dan hukum kesiapan. Hukum hasil menyatakan bahwa hubunganantara rangsangan denganperilaku akan makin kukuh apabila terdapat kepuasaa, dan akan semakin diperlemah apabila terdapat ketidakpuasan. Hukum latihan menyatakan bahwa suatu hubungan atau rangasangan dan perilaku akan makin kukuh apabila sering di lakukan latihan. Dan hukum kesiapan menyatakan bahwa hubungan antara rangsangan dengan perilaku akan menjadi lebih kukuh apabila disertai dengan kesiapan individu. Atas dasar ketiga hukum ini, maka pembelajaran akan lebih efektif apabila memberikan hasil yang memuaskan, diserati dengan banyak latihan dan memiliki kesiapan untuk melakukan aktivitas pembelajaran.

Dalam kaitan denganpembelajran dalam pendidikan, thorndike menambahkan lima macam hukum pembelajaran lagi yang disebut senagai hkum-hukum minor. Kelima hukum tersebut ialah:

Pertama, hukum gerak tindak aneka(multiple response), yaitu hukum yang menyatakan bahwa dalam satu rangsangan dapat menghasilakn beraneka tindaka balas. Contohnya keterampilan dalam main tennis, dapat mengahsilakn bermacam-macam gerakan untuk menghadapi bola.

Kedua, hukum sikap atau keadaan awal(attitude dispositions or state), yaitu yang menyatakan bahwa kondis individu pada awal pembelajaran akan mempengaruhi proses pembelajaran. Misalnya keadaan sikap dan kesiapan untuk memuali pembelajaran,arahan untuk suatu aktivitas.

Ketiga, hukum kemampuan memilih hal-hal yang penting (partial or piecemeal activity of a situation), yaitu kemampuan seorang pelajar memilih hal0hal yang di angggap penting dari suatu keadaan dan bertindak sesuai dengan apa yang dipandang penting.

Keempat, hukumtindak balas melalui analogi(assimilation of response by analogy), yaitu kemampuan individu untuk melakukan tindak balas dalam situasi yang abru dengan menggunakan tindak balas yang telah dimilikinya, dengan penyesuaian seperlunya. Misalnya mnggunakan keterampilan bermain badminton dalam bermain tennis.

Kelima, hukum perpindahan berkait(associative shifting), yaitu menggantikan atau melanjutkan suatu rangsangan, sehingga tindak balas bersusaian dengan rangsangan baru. Misalnya meneruskan kebiasaan memberikan bahan-bahan bacaan kepada anak agar ia selalu mau membaca dalam setiap kesempatan.

3.teori pelaziman operan: Skinner

Skinner melanjutkan teori pelaziman operan sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Pavlov,thindike, Watson, dan Guthrie. Asumsi dasar skinner ialah bahwa perubahan perilaku itu adalah fungsi dari pada kondisi dan peristiwa lingkungan. Skinner berpendapat bahwa terjadinya tindak balas individu tidak hanya terjadi karena adanya rangsangan dari lungkungan, akan tetapi dapt juga terjadi karena sesuatu di lingkungan yang tidak diketahui atau tidak disadari.

Dalam teori skinner ini, prinsip peneguhan ,memegang peranan yang penting dalam mewujudkan tindak balas baru. Peneguhan diartikan sebagai suatu konsekuensi perilaku yang memperkuat perilaku tertentu. Ada dua macam peneguhan, yaitu peneguhan positif ialah sesuatu rangsangan yang makin memperkuat anak terus meningkatkan tindak balas yaitubelajar lebih giat. Peneguhan negative ialah peneguhan yang mendorong individu untuk menghindari suatu tindak balas tertentu yang tidak memuaskan. Disamping itu, dibedakan peneguhan primer ialah peneguhan yang dapat memperkuat suatu tindak balas atau perilaku tanpa harus dipelajari dan sangat esensial bagi kelangsungan hisup. Peneguhan sekunder ialah peneguhan yang terwujud karena pelaziman.

Teori skinner ini banyak diterapakan dalam bidang pendidikan formal terutama dalam metode dan teknologi pengajaran. Memilih rangsangan dan memberikan peneguhan adalah merupakan unsure utama dalam pengajaran. Dalam pengajaran di dalam kelas, unsur pelajar perlu mendapat perhatian,terutama dalam aspek perbedaan individual, kesiapan untuk pembelajaran,dean motivasi. Aspek lain yang perlu dikembangkan adalah peneguhan social,yaitu lingkungan social yang dapat meneguhkan perilaku pembelajaran. Dalam mengembangkan suasana kelas yang positif, teori skinner menyarankan peringkat-peringkat sebagai berikut :1. menganalisis keadaan lingkungan kelas, 2.mengembangkan hal-hal yang dapat menjadi peneguhan positif, 3.memilih perilaku-perilaku pembelajaran yang akan diterapkan di dalam kelas,4.menerapkan perilaku pembelajaran, dengan memberikan pengendalian untuk mencatat dan menyesuaikan kalau diperlukan.

Tokoh-tokoh lain yang juga mengembangkan teori pembelajaran dalam kelompok teori  pelaziman operan ialah miller dan dollard dengan teori pengurangan dorongan, dan Albert bandura dan Walters dengan teori pembelajaran melalui tiruan. Menurut miller dan dollard, ada empat unsur pokok dalam proses pembelajaran, yaitu dorongan,isyarat,tindak balas,dan ganjaran .untuk memperoleh hasil yang sebaik-baiknya, keemapt unsure itu harus diwujuakan scara tepat. Menurut albert bandura danwaltres, pembelajaran dapat dilakukan melalui proses peniruan. Dalam perkembangan selanjutnya, teori bandurs juga disebut teori social-kognitif.

TEORI  PEMBELAJARAN GESTALT

Peraktaan “gestalt”sendiri berasal dari bahasa jerman yang mempunyai padanan arti kira-kiar sebagai”bentuk atau konfigerasi”. Pokok pandangan gestalt ialah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan di pandang sebagai suatu keseluruhan yang teroerganisasikan. Organisasi dasar melibatkan suatu figur yaitu apa yang menjadi pusat pengamatan, dan berlawanan dengan latar, yaitu sesuatu yang melatarbelakangi suatu bentuk sehingga bentuk itu nampak sebagai sesuatu yang bermakna.jadi, suatu obyek atau peristiwa dapat dilihat maknanya apabila diamati dari segi keseluruhannya dan bukan jumlah bagian-bagian.suatu unsure atau bagian baru akan mempunyai arti kalau berada dalam kaitan suatu keseluruhan.

Pokok-pokok pandangan gestalt berangkat dari empat asumsi dasar, yaitu:

Pertama, bahwa perilkau molar hendaknya lebih banyak dipelajari dibandingkan dengan pandangan molecular. Perilaku molecular ialah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku molar adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar.perilaku mlar lebih mempunyai makna dibandingkan dengan perilaku molecular.

Kedua,bahwa hal yang penting dalam hal mempelajari perilaku, ialah membedakan antara lingkungan goegrafis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan goegrafis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral adalah merujuk kepada sesuatu yang nampak.

Ketiga,bahwa organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan local atau suatu bagian dari peristiwa, akan tetap mereaksi terhadap keseluruhan obyak atau peristiwa.

Keempat, bahwa pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensori adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis.proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.

Beberapa aplikasi teori gestalt dalam proses pembelajaran dan pengajaran adalah anatara lain yang berkenaan dengan :

1.pengalaman tilikan (insight)

Berdasarkan percobaannya, kohler menyatakan bahwa tilikan memegang peranan yang penting dsalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya para pelajar memilki kemampuan tilikan, yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsure-unsur dalam suatu peristiwa. Guru hendaknya mengembangkan dengan proses tilikan.

2. pemebelajaran yangbermakna

Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu peristiwa, akan menunjang pembemtukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsure,akan makin dekat efetif sesuatu dipelajari.hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternative pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari siswa hendaknya memilki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.

3.perilaku bertujuan

Prinspi ini dikembangkan oleh Edward tolman yang menyakini bahwa pada hakekatnya perilaku itu terarah kepada suatu tujuan. Perilaku bukan hanya sekedar hubungan antara stimulus dan respons, akan tetapi adanya keterkaitan yang erat dengan tujuan yang ingin diperoleh. oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arahaktivitas pengajaran dan membantu siswa dalam memahami tujuan itu untuk selanjutnya mengembangkan aktivitas pembelajaran yang efektif.

4.prinsip ruang hidup.

Kosep ini dikembangkan oleh kurt lewin dalam teori medan yang menyatakan bahwa perilaku individu mempunyai keterkaitan dengan lingkungan di mana ia berada. Individu berada dalam suatu lingkungan medan psikologis yang mempengaruhi pola-pola perilakunya.materi yang situasi dan kondisi lingkungannya.

5. transfer dalam pembelajaran.

Transfer dalam pembelajaran adalah pemindahan pola-pola perilaku dari suatu situasi pembelajaran tertentu kepada situasi tertentu. Menurut teori ini , transfer terjadi dengan jalan melepaskan pengertian dari suatu konfigurasi dalam suatu situasi untuk kemudian menempatkannya dalam situasi kofigurasi laindalam alat susunan yang tepat. Menurut teori ini, transfer akan terjadi apabila pelajar telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan, dan menemukan generalisasi unutk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.dalam hubungan dengan pembelajaran dan pengajaran di kelas, hendaknya guru membantu siswa untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi-materi yang diajarjanya.

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF (JEAN PIAGET).

Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan mental yang bertujuan: 1.memisakan kenyataan yang sebenarnya denganfantasi, 2.menjelajah

Kenyataan dan menemukan hukum-hukumnya. 3. mmilih kenyataan-kenyataan yang berguna bagi kehidupan, 4. menetukan yang sesunggunya di balik sesuatu yang nampak.

Menurut piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses di mana tujuan individu melalui rangkaian yang secara kualitatif berbeda dalam berpikir. Hal yang diperoleh dalam satu perngkat akan merupakan dasar bagi peringkat selanjutnya.perkembangan kognitif terbentuk melalui interaksi yang konstan antara individu dengan lingkungan melalui dua proses yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi ialah proses penataan segala sesuatu yang ada di lingkungan, sehingga menjadi dikenal oleh individu. Adaptasi adalah proses terjadinya penyesuaian antara individu dengan lingkungan. Adaptasi terbentuk melalui dua bentuk, yaitu asimilasi ialah proses menerima dan mengubah apa yang diterima dari lingkungan agar bersesuaian dengan dirinya . akomodasi ialah proses individu mengubah dirinya agar bersesuaian dengan apa yang diterima dari lingkungannya.

Intelegensi merupakan dasar bagi perkembangan kognitif dan suatu proses berkesinambungan yang mengasilkan struktur dan diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan.  Implikasi teori perkembangan kognitif piaget dalam pengajaran, antara lain:

a.  Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu dalam mengajar, guru hendaknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir   siswa.

b.  Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu agar dapat berinteraksi denag lingkungan dengan sebaik-baiknya.

c.   Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidaj asing

d.   Beri peluang agar anak sesuai dengan peringkat perkembangnya.

e.  Di dalam kelas, anak-anak hendaknya banyak debri peluang untuk saling berbicara  dengan teman-temannya dan saling berdiskusi.

TEORI  PEMROSESAN INFORMASI  (ROBERT GAGNE).

Teori pembelajaran yang dikemukakan oleh Robert gagne disebut dengan “teori pemrosesan informasi”, dan “teori kondisi-kondisi pembelajaran”.asumsi yang mendasari teori gagne adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan . perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pada pembelajaran. Hasil pembelajaran manusia pada dasarnya bersifat kumulatif, yang berarti bahwa hasil pembelajaran yang dicapai individu adalah merupakan kumpulan keseluruhan hasil-hasil pembelajran yang sebelumnya terkait. Gagne berpendapat bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran.dalam memperoleh informasi itu terjadi adanya interkasi antara kondisi-kondisi internal dan kondis eksternal. Kondis internal ialah keadaan di dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai haisl pembelajaran, dan proses kognitif yang terjadi dari dalam individu selama proses pembelajaran  berlangsung. Sdangkan kondisi eksternal ialah berbagai rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembeljaran.interaksi antara kondisi internal dan kondisi  eksternal menghasilkan hasil pembelajaran.

Dengan merujuk kepada teori-teori pembelajaran sebelumnya (behaviorisme , kognitif ,gestalt), selanjutnya gagne mengemukakan ada delapan jenis bentuk pembelajaran , yaitu: 1. pembelajaran melalui isyarat, 2.pembelajaran melaui rangsangan, 3.pembelajarn perantaian, 4.pemeblajaran perkaitan verbal, 5. pembelajaran membeda-bedakan ,6.pembelajaran konsep ,7.pembelajaran menurut hukum, dan 8. pmbelajaran penyelesaian masalah.

Dalam kaitan pengajaran di ruang kelas, gagne   mengemukakan ada sembilan langkah pengajaran yang perlu diperhatikan oleh guru. Langkah-langkah tersebut adalah:

1.   Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa.

2.   Memebrikan informasi kepda siswa mengenai tujuan pengajaran dan topic-topik yang akan di bahas.

3.   Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran,

4.   Menyampaikan isi pelajaran yang di bahas sesuai dengan topic yang telah diterapkan.

5.   Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.

6.   Memberikan peneguhan kepada perilaku pembelajaran siswa.

7.   Memberikan umpan balik terhadap prilaku yang ditunjukkan siswa.

8.   Melaksanakan penilaian proses dan hasil pembelajaran.

9. Memberikan kesemapatan siawa untuk mngingat dan menggunakan hasil pembelajaran.

TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL-KOGNITIF (ALBERT BANDURA)

Teori pembelajaran yang dikemukakan oleh bandura disebut teori pembelajaran social-kognitif dab disebut pula sebagai teori pembelajaran melalui peniruan . Teori bandura berdasarkan pada tiga asmusi, yaitu: pertama, bahwa individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa yang ada dilingkungannya, terutama perilaku-perilaku orang lain . apabila peniruan itu memperoleh penguatan, maka perilaku yang ditiru itu akan mejadi perilaku dirinya. Kedua, ialah tedapat hubungan yang erat antara pelajar dengan lingkungannya . pembelajaran terjadi dalam keterkaitan antara tiga pihak, yaitu lingkungan,perilaku,dan faktor-faktor pribadi. Ketiga, ialah bahwa hasil pembelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan verbalyang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.

Atas dasar asumsi tersebut,maka teori pembelajaran bandura disebut social-kognitif karena proses kognitif dalam diri individu memegang peranan dalam pembelajaran, sdangkan pembelajaran trjadi karena adanya pengaruh lingkungan social. Dengan demikian , maka teori bandura ini disebut teori pembelajaran melalui peniruan. Perilaku individu terbentuk melalui peniruan terhadap perilaku lingkungan , pembelajaran merupakan suatu proses bagaimana membuat peniruan yang sebaik-baiknya , sehingga bersesuaian dengan keadaan dirinya dan tujuannya.

Dalam mengembangkan proses pengajaran yang efektif, teori ini menyarankan strategi ini menyarankan strategi sebagai berikut:

1.   Mengidentifikasikan model-model perilaku yang akan digunakan dalam kelas.

2. Mengembangkan perilaku yang memberikan nilai-nilai secara fungsional, dan        memilih perilaku-perilaku model.

3.   Mengembangkan urutan atau peringkat proses pengajaran

4.  Menerapkan aktivitas pengajaran dan membimbing aktivitas pembelajaran siswa dalam membentuk proses kognitif dan motorik.

Sumber : Belajar dan  Pembelajaran

2 respons untuk ā€Belajar dan Pembelajaranā€™

Tinggalkan komentar